Orang yang hidup untuk dirinya sendiri akan hidup seperti orang yang kerdil dan mati sebagai seorang yang kerdil. Tetapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagi orang yang 'besar' dan mati sebagai orang yang besar juga- Sayyid Qutb
Everything in life teaches us a lesson, we just have to be willing to learn..
Tuesday, 29 November 2011
kata-kata Sayyid Qutb
Sunday, 27 November 2011
Hari Lahir ke-24
Wednesday, 23 November 2011
sahabat, kenapa berubah
Tuesday, 22 November 2011
Pusling
Saturday, 19 November 2011
kiblatku
Menggapai hasrat yang terpendam
Biar berkali rebah ku bangun
Walau payah
Kuhimpun kudrat dan harapan
Mengiringi azam yang usang
Sinar seakan pudar
Bila terbit sang suria
Begitulah semangat tegar
Meskipun musim kan silih berganti
Ku terus melangkah
Daku gagahi
Mencari arah
Oh Tuhan
Sinarilah kiblatku
Keringat diteman embunan
Kicau unggas turut berdoa
Purnama bagai tenangkan perang
Di dalam hati
Kuhimpun kudrat dan harapan
Mengiringi azam yang usang
Sinar seakan pudar
Bila terbit sang suria
Begitulah semangat tegar
Meskipun musim kan silih berganti
Ku terus melangkah
Daku gagahi
Mencari arah
Oh Tuhan
Sinari lah kiblat ku
Kala sujud ku ada kesyukuran
Dalam mimpi ada sedih
Menghantui andai ku alpa
Langit kejayaan ku
Berkiblat pada Mu
Hanya satu...
smile
Every time you smile at someone, it is an action of love, a gift to that person, a beautiful thing..
and also an act of charity...
Thursday, 17 November 2011
Nasihat
Al-Imam Ali bin Abi Thalib RA. Berkata :
"Dunia itu selalu bergerak menjauh dari kehidupan manusia, sedangkan akhirat selalu bergerak mendekatinya. Masing-masing dari keduanya mempunyai hamba yang setia kepadanya. Maka, jadilah kamu sekalian sebagai hamba akhirat dan janganlah kamu sekalian menjadi hamba dunia. Sesungguhnya di dunia inilah tempat beramal dan tidak ada penghisaban, sedangkan di akhirat nanti adalah saat penghisaban dan bukan tempat beramal"
Gatal
Tuesday, 15 November 2011
notes from Karawang
Sunday, 13 November 2011
Masih ada waktu
Bismillah
Sementara ada waktu terluang, baiknya digunakan untuk memuhasabah diri dan menambah ilmu. Sebenarnya ada rindu di hati untuk berkumpul dengan sahabat sahabat yang telah mengetuk pintu kejahilan diri ini. Usaha mereka aku kagumi, tapi akhirnya kenapa aku masih ditakuk lama. Aduh~ Rindunya pada mereka...Aku rasa perlu bertemu dengan mereka semula...
Masih ada waktu by Rast
Sahabat… Masih ada waktuMoga bahagia di negeri abadi
mata
Saturday, 12 November 2011
bila waktu telah berakhir
Thursday, 10 November 2011
repost: Izinkan Cuma Engkau yang Bertakhta di Hati
Di pelataran dinginnya malam, ku terdampar sendiri.
Saat ini, tika ini, hati seakan terdera dengan amukan hawa nafsu dan perasaan yang mengetuk-ngetuk tangkai hati. Tidak semena-mena, titisan jernih jatuh, setitis demi setitis. Hati sebak.
Dibiarkan air jernih itu mengalir hangat. Berlawan dengan emosi, ternyata seringkali diriku menjadi kalah. Nurani membentak, jiwa ini tidak tenang. Kenapa? Kenapa begini? Kenapa sekarang jadi begini?
Dulu hati itu dapat merasai sebuah ketenangan. Namun kini ketenangan itu seakan-akan diragut. Diragut oleh siapa? Apakah ia hilang ditarik oleh Tuhan? Atau kerana dosa-dosa yang dilakukan? Soalan-soalan itu bertubi-tubi menyoal, namun hati sememangnya tidak mampu menjawab. Terdiam sepi. Adakah hati itu telah mati?
Memang tidak ku nafikan, dia sangat menyayangi diri ini. Tetapi berkali-kali ku ingatkan pada diri, kasih sayang itu tidak abadi!
'Berpada-padalah dalam menyayangi, jika tidak kelak dikau akan menangisi!'
Entah dari mana suara itu datang dan berbisik pesanan, kemudian hilang.
Namun kini, ku pula yang terkena panahan kasihnya itu. Semakin ku lari, semakin dia mendekati. Benarlah. Menjaga sekeping hati amat sukar sekali. Perlu sangat cermat dan berhati-hati. Ku mengeluh, melepaskan sebuah keluhan perasaan yang berat, yang semakin memberati rasa hati.
Jiwa ini tidak lagi suci, terasa ia tersangat kotor.
"Ya Ilahi, di manakah Engkau selama ini yang bertakhta di hati? Kenapa ia sekarang telah terganti dengan makhlukMu? Kenapa diri terlalu tega menggantikan tempat teragung itu dengan insan dan makhlukMu yang hina?"
Hati bermonolog lagi sendirian. Tidak! Ia punya peneman. Sang Tuhan yang sentiasa sentiasa ada mendengar setiap keluhan.
"Astaghfirullahalazim.... Ighfirli Robbi... Ighfirli...."
Bibir memantulkan kalimah suci itu perlahan-lahan. Bibir diketap erat. Menahan tangkai emosi yang kian membuak-buak rasa pilu dan syahdu bila menyebutkan nama terindah itu, jiwa menjadi mudah terusik.
Berbicara dengan Sang Agung, air jernih itu terus menitis kemudian semakin mencurah-curah. Teresak-esak.
"Ya Rabbi, pegang hati ini, dakaplah ia seerat-eratnya, jangan sesekali biarkan ia termiliki oleh makhlukMu, ku tidak sanggup menggantikan tempatMu dengan yang lain, tidak sanggup juga berkongsi rasa itu, ku cuma mahu kasih itu teragung untukMu, ku cuma mahu rindu itu terpatri untukMu, ku cuma mahu cinta itu hanya membunga untukMu Tuhan, jangan biarkan daku terkalahkan dengan emosi dan perasaan yang seringkali dipermainkan oleh syaitan.
Ya muqallibal qulub, tetapkanlah jiwa ini setulusnya di jalanMu, pancarkan cahaya bagiku di jalan yang gelap agar aku tidak teraba-raba kesepian sendirian di hujung jalan yang kelam, jangan biarkan ku terus begini tanpaMu disisi.
Tuhan, Izinkanlah! Cuma ingin Engkau yang bertakhta di hati ini "
Berkali-kali kalimah itu diungkapkan pilu dalam pelantaran sujudnya. Wajah diraup setelah tangan menadah. Hati terus berdoa dan berharap, semoga Dia menerima segala-galanya.
copy dari sini